Sabtu, 09 April 2016

Panduan Budidaya Apel di Indonesia,- Deba Deri Group


Panduan Budidaya Apel di Indonesia




Meskipun bukan asli tanaman dari Indonesia, apel termasuk salah satu jenis buah yang populer disamping jeruk dan mangga. Sebagai buah segar, apel banyak disajikan dalam pesta, buah penyerta kunjungan orang sakit maupun sesaji upacara agama di Bali. Selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar, kelezatan apel bisa dinikmati dalam bentuk minuman maupun dodol yang banyak dijajakan di Kota Wisata Batu.
Berdasarkan penelitian, apel bisa mengurangi resiko kanker usus besar, kanker prostat dan paru-paru. Serat apel juga mencegah penyakit jantung serta mengontrol berat badan dan kadar kolesterol  dengan cara seratnya mencegah reabsorpsi.
Selain Malang Raya (Jawa Timur), beberapa daerah di Indonesia Timur (NTT, Bali, dan Papua) memiliki lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman apel. Namun demikian daerah-daerah tersebut belum memiliki sentra produksi apel sesuai harapan disebakan pengembangannya belum diikuti dengan pemahaman dan penerapan teknologi budidaya apel yang baik dan benar.
Syarat Tumbuh
Di Indonesia yang beriklim tropika, beberapa varietas apel memiliki adaptasi yang baik di dataran tinggi/pegunungan yang memiliki suhu dingin.  Awalnya sentra apel di Malang Raya terletak di elevasi 700 – 1.200 m dpl dengan suhu udara sekitar 16 – 27oC. Saat ini, suhu udara di Malang Raya telah meningkat secara nyata sehingga menggeser kesuaian lahan apel ke elevasi sekitar 1.000 – 1.500 m dpl.
Selain bersuhu dingin, tempat penanaman apel sebaiknya beriklim kering atau memiliki hujan tahunan 1.000 – 2.500 mm dengan penyinaran matahari sebanyak 50 – 60 % per hari, dan  kelembaban udara 75–85 %. Jika hujan tinggi dan turun bersamaan dengan musim pembungaan akan menggagalkan bunga menjadi buah.
Meskipun apel dapat tumbuh di beberapa jenis tanah yaitu Regosol (Entisol), Andosol (Andisol), dan Latosol (Inceptisol), karakter tanah yang ideal adalah teksturnya sedang, konsistensi gembur, kedalaman efektif > 50 cm, drainase baik, dan pH tanah 5,5 – 7.
Pemilihan Benih
Rome Beauty, Manalagi dan Ana merupakan varietas apel yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia.  Ciri apel Rome Beauty antara lain kulit buah berwarna merah kehijauan, agak bulat, daging buah agak keras,  beraroma kuat, dan rasanya segar sedikit asam. Kulit buah apel manalagi berwarna kuning kehijauan, agak bulat, rasanya manis, aromanya harum (wangi), dan kandungan airnya agak kurang.  Sedangkan bentuk buah apel Ana adalah lonjong, kulitnya berwarna merah dan tipis, daging buah lunak dan rasanya asam.
Dibandingkan dengan Varietas Rome Beauty dan Manalagi, Varietas Ana akan lebih baik ditanam di tempat yang memiliki elevasi lebih tinggi.  Ciri-ciri benih apel yang baik antara lain diperbanyak dengan cara okulasi, batang bawah maupun batang atas lurus dan sehat, akar serabutnya lebat, daunnya subur dan sehat, berumur 6 bulan atau lebih dari saat okulasi, serta bersertifikat.
Penyiapan Lubang dan Penanaman
Agar awal musim hujan bisa dilakukan penanaman, pada musim kemarau perlu dilakukan pembersihan lahan, pembuatan teras (lahan berlereng) dan lubang tanam.  Ukuran lubang yang dianjurkan adalah panjang, lebar dan dalam masing-masing 60 cm. Jarak tanam untuk Varietas Manalagi adalah 3 – 3,5 m X 3,5 m, sedangkan untuk Ana dan Rome Beauty adalah 2 – 3  m X 2,5-3 m.
Untuk memperbaiki kesuburan daerah perakaran, media yang dimasukkan kedalam lubang tanam adalah tanah lapisan atas yang berwarna lebih gelap dan gembur dicampur 20 kg bahan organik (pupuk kandang) dan 0,5 kg dolomit atau fosfat alam jika reaksi tanah masam (pH < 5,5). Sebelum hujan, campuran tanah dimasukkan ke dalam lubang dan dibiarkan mengalami inkubasi minimal 2 minggu.
Awal musim hujan murapakan waktu tanam yang ideal karena ketersediaan air dan suhu udara mendukung untuk adaptasi benih di lapangan.  Penanaman dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam lubang dan akarnya perlu diatur agar menyebar kesegala arah.  Selanjutnya, akar ditimbun tanah sampai setinggi leher akar sambil dipadatkan agar tanaman berdiri tegak dan tidak mudah roboh.  Untuk menahan  gangguan angin kencang, setiap tanaman perlu dipasang ajir dan diikat secara longgar.
Pelengkungan Cabang
Selain membentuk kerangka tajuk, pelengkungan cabang dimaksudkan untuk mendorong munculnya tunas generatif pada cabang lateral.  Kegiatan ini dilakukan setelah tanaman beradaptasi di lapangan dan memiliki
cabang cukup panjang serta kuat dilengkung, biasanya berdiameter sekitar 1 – 2 cm. Caranya yaitu 3 – 4 cabang dilengkungkan hingga mendatar dan diikat dengan tali yang
ditancapkan pada tanah.   Selanjutnya, daunnya dirontokkan (dirompes) dan ujung cabang dipotong.
Pemupukan
Paling sedikit tanaman apel membutuhkan unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, B, Mo).  Sumber utama unsur hara makro adalah pupuk kimia sedangkan sumber unsur mikro berasal dari bahan organik dan pupuk kimia.
Unsur hara makro N, P dan K digunakan tanaman terutama untuk membentuk organ vegetatif dan generatif sehingga dibutuhkan dalam jumlah paling banyak. Untuk memenuhi kebutuhan ketiga unsur tersebut, tanaman perlu diberi tambahan pupuk kimia secara berimbang yang diaplikasikan secara teratur setiap 2 – 3 bulan (Tabel 1).
Untuk menjaga kegemburan tanah dan memenuhi unsur hara mikro/unsur lainnya, disarankan dilakukan penambahan 20 – 40 kg/pohon bahan organik dan pengapuran jika ph tanah <5,5 pada setiap akhir kemarau.
Tabel 1.  Rekomendasi Dosis Pupuk N, P dan K Untuk Tanaman Apel
Umur (Tahun)
Dosis Pupuk (g/phon)
Interval Aplikasi
0 – 1
50 – 100
Setiap 2 bulan
> 1 – 2
100 – 200
Setiap 3 bulan
> 2 – 3
200 – 300
Setiap 3 bulan
> 3 – 4
300 – 400
Setiap 3 bulan
> 4 – 5
400 – 500
Setiap 3 bulan
> 5
≥ 500
Setiap 3 bulan
Keterangan*** = NPK 15-15-15 atau 16-16-16
Perompesan Daun
Di Indonesia yang tidak memiliki periode dingin yang panjang, perlakuan perompesan daun (defoliasi buatan) disertai pelengkungan cabang dan pemangkasan bagian ujungnya dapat memecahkan tunas generatif terutama tunas lateral yang diikuti dengan keluarnya bunga.  Idealnya perompesan daun dilakukan ketika tunas generatif sudah padat, biasanya sekitar 2 minggu setelah panen.
Selain secara manual dengan tangan, perompesan daun bisa dilakukan dengan menyemprot daun tua (pembakaran daun) menggunakan zat pengatur tumbuh berbahan aktif Hidrogen Sianamida dengan 10% Urea. Biasanya, rompes daun yang dilakukan sekitar bulan April dan Oktober memberikan hasil lebih baik dibandingkan bulan-bulan lainnya karena bunga terhindar dari air hujan.
Penjarangan Buah
Penjarangan buah apel secara tepat dapat meningkatkan mutu panen dan menjaga stabilitas produksi.  Kegiatan ini dilakukan
dengan mengurangi jumlah buah yang bergerombol dan menyisakan 2 – 3 buah yang seragam pertandan. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan ketika buah berumur 8 – 9 minggu dari bunga mekar.
Pembungkusan Buah
Khusus apel Manalagi, ketika buah berumur sekitar 3 bulan dari bunga mekar perlu dibungkus dengan kertas yang bersih dan tahan air.  Jika tidak dibungkus, bagian buah buah yang terpapar cahaya matahari langsung akan berwarna kemerahan dan bagian lainnya tetap kuning kehijauan sehingga penampilannya menjadi kurang menarik.  Kegiatan ini dilakukan setelah penjarangan buah atau 3 bulan dari rompes daun.
Hama dan Penyakit Utama
Selama pertumbuhannya, cukup banyak jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman apel.  Setelah daun dirompes hingga sekitar 3 bulan berikutnya merupakan masa kritis serangan hama dan penyakit. Beberapa hama yang sering menyerang adalah kutu daun, kutu sisik, tungau, Trips dan Ulat. Sedangkan penyakit utamanya adalah Embun Tepung atau Powdery Mildew dan Marsonina coronaria.
Contoh bahan aktif pestisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan hama tersebut antara lain Imidakloprid, abamectin (kutu daun, kutu sisik, Trips), Dicofol, Piridaben (Tungau) dan Sipermetrin (ulat), dan lain-lain.  Sedangkan bahan aktif yang biasa digunakan untuk mengendalikan penyakit antara lain Difenokonazo, Propineb, Mankozeb, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar